Sabtu, 10 Maret 2018

Travel Writing to Desa Wisata Ngringinan



Travel writing
Desa Wisata Ngringinan.

Pada tanggal 10 Maret 2018 saya melakukan perjalanan kegiatan kuliah lapangan mata kuliah Manajamen Desa Wisata menuju Desa Wisata Ngringginan. Saya berangkat bersama beberapa teman saya dengan meeting point di Kopma UGM . Perjalanan yang kami tempuh untuk sampai ke Desa Wisata Ngringinan sekitar 1 jam. Desa Wisata Ngringinan secara administratif masuk Desa Palbapang, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas sekitar 0,25 Km (seperempat kilometer) persegi yang dibagi 10 RT dengan jumlah 495  KK dengan jumlah penduduk sekitar 1.408 jiwa. Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah petani, buruh serta sebagian kecil pedagang, wirausaha dan sisanya pegawai pemerintah. Tujuan kami ke desa tersebut adalah untuk observasi potensi desa sehingga kami bisa membuat paper mengenai pengembangan desa supaya lebih maju. Dalam perjalanan kami menuju desa lancar karena jalannya hanya lurus menuju bantul dan akses jalan hingga desa sudah baik, mobil pun bisa masuk. Sesampainya di desa, kami berhenti di depan Museum Peninggalan Jaman Belanda dan bertanya ke warga sekitar dimana rumah Bapak Widi yang mengelola desa wisata dan ternyata rumah beliau berapa di belakang museum. Kami sampai pukul 7:46 pagi dan menunggu teman-teman yang lain sampai. Bertemu dengan bapak Widi, beliau sangat ramah dan mempersilhkan kami untuk masuk mendengarkan penjelasan singkat tentang Desa Wisata Ngringginan.

Bapak Widi menjelaskan bahwa Desa Wisata Ngringinan adalah desa wisata yang baru setahun dan ingin mempunya brand herigate and culture rural tourism karena di desa tersebut terdapat banyak peninggalan Belanda . Ada 7 peninggalan Belanda di desa antara lain museum,pabrik kereta,irigasi,stasiun,rel,sekolah,pasar dan rumah sakit. Untuk keunikan produk di desa wisata adalah pembuatan madu mongso yang dibina oleh Ibu Andriani. Wisatawan yang datang di desa wisata ini bisa kut membuat mad mongso,emping dan tempe. Ada wisata alam juga seperti kegiatan di sawah dan kegiatan budaya seperti bermain lesungdan pertunjukan toprak.  Alasan kenapa desa wisata ini ingin menjadi desa yang heritage, karena desa ini mempunyai cagar budaya.  Bapak Widi mengajak sebagian dari kami ikut ke Gereja Ganjuran sambil berjalan kaki melihat-lihat suasana desa. Sata berjalan kaki cukup lama karena jaraknya yang cukup jauh, kami bisa melihat homestay dan warung-warung milik warga sekitar. Ada 25 homestay yang ditawarkan ke wisatwan yang mayoritas memilih paket wisata setengah hari dan sebagian besar wisatawan lainnya berkunjung untuk ziarah karena ada beberapa pemakaman yang kami lewati untuk menuju kompleks gereja.  Bapak Widi juga menjelaskan wisatawan manca negara juga tertarik datang ke desa untuk menikmati kegiatan di sawahnya. Sampai di komplek gereja, kami menuju pendopo tempat dimana biasanya diadaka perkumpulan kegiatan ataupun kegiatan berdoa antara umat beragama. 

Selanjutnya kami menuju gereja yang sangat unik karena terbuka dan berbentruk pendopo juga, Ddisana kami juga melihat patung Yesus dan Budna Maria memakai pakaian jawa. Masyarakat di desa sangatlah menjunjung tinggi toleransi antara umat beragamanya disana. Setelah dari gereja, kami menuju candi yang berbentuk candi Hindu namun di dalamnya ada patung Yesus. Tidak hanya umat beragama katholik saja yang bisa berdoa disana, muslim dan hindu juga bisa berdoa dan meditasi ke candi yang dibuat karena atas dasar syukur. Setelah dari candi kami kembali ke rumah Bapak Widi dengan berjalan kaki bersama untuk bertemu ibu Andriani menjelaskan tentang bagaimana beliau merintis usahanya membuat madu mongso dar Tahun 2011 yang sekarang menjadi oleh-oleh khas dari Desa Wisata Ngringinan. Penjelasan yang disampaikan Ibu Andriani berakhir hinggal separuh dari kelompok kami kembali ke rumah Bapak Widi dan kami bersama-sama makan siang. Setelah makan siang sekitar pukul 12:00 kami berpamitan untuk kembali pulang dan tak lupa berterima kasih banyak atas segala pembelajaran dan informasi selama di desa wisata ini kepada Ibu Indriani dan Bapak Widi serta dosen kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar